Rabu, 11 Juli 2018

Bacaan Shalat Jahriyah Sendirian Harus Dikeraskan?


Orang yang shalat maghrib atau isya sendirian karena udzur, apakah perlu mengeraskan bacaannya? Seperti orang sakit atau wanita yang shalat sendirian di rumah…
Jawab:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Kita telah memahami jenis-jenis shalat jahriyah (yang bacaannya dikeraskan) dan sirriyah (yang bacaannya dipelankan). Para ulama menegaskan, keras dan pelannya bacaan di masing-masing shalat hukumnya anjuran dan tidak wajib. Andai ada orang yang sengaja memelankan bacaan ketika jadi imam shalat jahriyah, shalatnya tetap sah, dan tidak batal.

Untuk Shalat Jahriyah bagi Sendirian, Apakah perlu Dikeraskan?

Ulama berbeda pendapat dalam hal ini,
[1] Bagi orang yang shalat sendirian dianjurkan untuk tetap mengeraskan bacaan ketika shalat jahriyah, sebagaimana imam. Ini merupakan pendapat Syafi’iyah.
[2] Bagi orang yang shalat sendirian dalam shalat jahriyah bebas milih antara dikeraskan atau dipelankan. Artinya dikeraskan tidak lebih afdhal dibandingkan dipelankan, demikian pula sebaliknya. Hanya saja, dianjurkan untuk menimbang mana yang lebih mendukung kekhusyukan.
Syaikh Dr. Abdul Karim Zaidan menjelaskan,
وهذا الإسرار والجهر في القراءة في موضعه مستحب في حق المنفرد عند الإمام الشافعي وغيره ، وقال الحنابلة : للمنفرد الخيار في الجهر في موضعه ، فإن شاء جهر وإن شاء خافت
Pelan dan kerasnya bacaan dalam shalat sesuai posisinya, hukumnya anjuran bagi orang yang shalat sendirian, menurut Imam as-Syafi’i dan ulama lainnya. Sementara ulama Hambali mengatakan, Bagi orang yang shalat sendirian berhak untuk memilih dalam shalat jahriyah, dia boleh memilih mengeraskan atau memelankan. (al-Mufashal li Ahkam al-Mar’ah, Dr. Abdul Karim Zaidan, hlm. 220).
Yang dimaksud sesuai posisinya adalah sesuai jenis shalatnya. Shalat dzuhur, asar, dipelankan. Sementara shalat subuh, dua rakaat pertama maghrib dan isya, dikeraskan.
Keterangan yang lain disampaikan Imam Ibnu Utsaimin. Beliau menjelaskan,
الجهر بالقراءة في الصلاة الجهرية ليس على سبيل الوجوب بل هو على سبيل الأفضلية، فلو أن الإنسان قرأ سراً فيما يشرع فيه الجهر لم تكن صلاته باطلة، لأن النبي صلى الله عليه وسلم قال: “لا صلاة لمن لم يقرأ بأم القرآن” ولم يقيد هذه القراءة بكونها جهراً أو سراً،
Mengeraskan bacaan pada shalat jahriyah tidaklah wajib, namun sifatnya anjuran. Jika ada orang membaca dengan pelan pada shalat jahriyah, shalatnya tidak batal. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca al-Fatihah.”Dan beliau tidak memberikan batasan apakah bacaan ini dikeraskan atau dipelankan.
Beliau melanjutkan,
فإذا قرأ الإنسان ما يجب قراءته سراً أو جهراً فقد أتى بالواجب، لكن الأفضل الجهر فيما يسن فيه الجهر مما هو معروف كصلاة الفجر والجمعة. ولو تعمد الإنسان وهو إمام ألا يجهر فصلاته صحيحة لكنها ناقصة. أما المنفرد إذا صلى الصلاة الجهرية فإنه يخير بين الجهر والإسرار وينظر ما هو أنشط له وأقرب إلى الخشوع فيقدم به
Jika seseorang membaca ayat yang wajib dibaca dalam shalat, baik dengan dipelankan atau dikeraskan, berarti dia telah melakukan yang wajib. Hanya saja, yang paling utama dia mengeraskan bacaan shalat yang dianjurkan untuk dikeraskan, seperti shalat subuh atau jumatan. Jika ada imam yang sengaja tidak mengeraskan bacaan, shalatnya tetap sah, hanya saja tidak sempurna. Sementara orang yang shalat sendirian, ketika melakukan shalat jahriyah, dia boleh memilih antara mengeraskan atau membaca dengan pelan. Dan bisa dengan pertimbangan mana yang lebih membuat dia semakin semangat dan semakin khusyu. (Majmu’ Fatawa Ibnu Utsaimin, jilid 13 – Bab tentang takbir dan anjuran mengangnkat tangan ketika shalat).
Demikian, Allahu a’lam.

0 komentar:

Posting Komentar