Orang yang shalat maghrib atau isya sendirian karena udzur, apakah
perlu mengeraskan bacaannya? Seperti orang sakit atau wanita yang shalat
sendirian di rumah…
Jawab:
Bismillah was shalatu was
salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Kita telah memahami jenis-jenis shalat jahriyah (yang
bacaannya dikeraskan) dan sirriyah (yang bacaannya dipelankan). Para ulama
menegaskan, keras dan pelannya bacaan di masing-masing shalat hukumnya anjuran
dan tidak wajib. Andai ada orang yang sengaja memelankan bacaan ketika jadi
imam shalat jahriyah, shalatnya tetap sah, dan tidak batal.
Untuk Shalat Jahriyah bagi
Sendirian, Apakah perlu Dikeraskan?
Ulama berbeda pendapat dalam hal ini,
[1] Bagi orang yang shalat sendirian dianjurkan untuk tetap
mengeraskan bacaan ketika shalat jahriyah, sebagaimana imam. Ini merupakan
pendapat Syafi’iyah.
[2] Bagi orang yang shalat sendirian dalam shalat
jahriyah bebas milih antara dikeraskan atau dipelankan. Artinya dikeraskan
tidak lebih afdhal dibandingkan dipelankan, demikian pula sebaliknya. Hanya
saja, dianjurkan untuk menimbang mana yang lebih mendukung kekhusyukan.
Syaikh Dr. Abdul Karim Zaidan menjelaskan,
وهذا الإسرار
والجهر في القراءة في موضعه مستحب في حق المنفرد عند الإمام الشافعي وغيره ، وقال
الحنابلة : للمنفرد الخيار في الجهر في موضعه ، فإن شاء جهر وإن شاء خافت
Pelan dan kerasnya bacaan dalam shalat sesuai posisinya, hukumnya
anjuran bagi orang yang shalat sendirian, menurut Imam as-Syafi’i dan ulama
lainnya. Sementara ulama Hambali mengatakan, Bagi orang yang shalat sendirian
berhak untuk memilih dalam shalat jahriyah, dia boleh memilih mengeraskan atau
memelankan. (al-Mufashal li Ahkam al-Mar’ah, Dr. Abdul Karim Zaidan, hlm. 220).
Yang dimaksud sesuai posisinya adalah sesuai jenis shalatnya.
Shalat dzuhur, asar, dipelankan. Sementara shalat subuh, dua rakaat pertama
maghrib dan isya, dikeraskan.
Keterangan yang lain disampaikan Imam Ibnu Utsaimin. Beliau
menjelaskan,
الجهر بالقراءة في
الصلاة الجهرية ليس على سبيل الوجوب بل هو على سبيل الأفضلية، فلو أن الإنسان قرأ
سراً فيما يشرع فيه الجهر لم تكن صلاته باطلة، لأن النبي صلى الله عليه وسلم قال:
“لا صلاة لمن لم يقرأ بأم القرآن” ولم يقيد هذه القراءة بكونها جهراً أو سراً،
Mengeraskan bacaan pada shalat jahriyah tidaklah wajib, namun
sifatnya anjuran. Jika ada orang membaca dengan pelan pada shalat jahriyah,
shalatnya tidak batal. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak
ada shalat bagi orang yang tidak membaca al-Fatihah.”Dan beliau
tidak memberikan batasan apakah bacaan ini dikeraskan atau dipelankan.
Beliau melanjutkan,
فإذا قرأ الإنسان
ما يجب قراءته سراً أو جهراً فقد أتى بالواجب، لكن الأفضل الجهر فيما يسن فيه
الجهر مما هو معروف كصلاة الفجر والجمعة. ولو تعمد الإنسان وهو إمام ألا يجهر
فصلاته صحيحة لكنها ناقصة. أما المنفرد إذا صلى الصلاة الجهرية فإنه يخير بين
الجهر والإسرار وينظر ما هو أنشط له وأقرب إلى الخشوع فيقدم به
Jika seseorang membaca ayat yang wajib dibaca dalam shalat, baik
dengan dipelankan atau dikeraskan, berarti dia telah melakukan yang wajib.
Hanya saja, yang paling utama dia mengeraskan bacaan shalat yang dianjurkan
untuk dikeraskan, seperti shalat subuh atau jumatan. Jika ada imam yang sengaja
tidak mengeraskan bacaan, shalatnya tetap sah, hanya saja tidak sempurna.
Sementara orang yang shalat sendirian, ketika melakukan shalat jahriyah, dia
boleh memilih antara mengeraskan atau membaca dengan pelan. Dan bisa dengan
pertimbangan mana yang lebih membuat dia semakin semangat dan semakin khusyu.
(Majmu’ Fatawa Ibnu Utsaimin, jilid 13 – Bab tentang takbir dan anjuran
mengangnkat tangan ketika shalat).
Demikian, Allahu a’lam.
0 komentar:
Posting Komentar