1.Dimudahkan jalannya menuju surga
Orang yang keluar dari rumahnya menuju masjid untuk
menuntut ilmu syar’i, maka ia sedang menempuh jalan menuntut ilmu. Padahal
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
مَن سلَك طريقًا يطلُبُ فيه
عِلْمًا، سلَك اللهُ به طريقًا مِن طُرُقِ الجَنَّةِ
“Barangsiapa menempuh jalan menuntut ilmu, maka
Allah akan memudahkan jalannya untuk menuju surga” (HR. At Tirmidzi no.
2682, Abu Daud no. 3641, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abu Daud).
2. Mendapatkan ketenangan, rahmat dan dimuliakan para
Malaikat
Orang yang mempelajari Al Qur’an di masjid disebut
oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam akan mendapat
ketenangan, rahmat dan pemuliaan dari Malaikat. Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِى بَيْتٍ
مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ
إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ
وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَه
“Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah
dari rumah-rumah Allah (masjid) membaca Kitabullah dan saling mempelajarinya,
melainkan akan turun kepada mereka sakinah (ketenangan), mereka akan dinaungi
rahmat, mereka akan dilingkupi para malaikat dan Allah akan menyebut-nyebut
mereka di sisi para makhluk yang dimuliakan di sisi-Nya” (HR. Muslim no.
2699).
Makna dari وَحَفَّتْهُمُ
الْمَلاَئِكَةُ “mereka akan dilingkupi para malaikat“,
dijelaskan oleh Al Mula Ali Al Qari:
مَعْنَاهُ الْمَعُونَةُ
وَتَيْسِيرُ الْمُؤْنَةِ بِالسَّعْيِ فِي طَلَبِهِ
“Maknanya mereka akan ditolong dan dimudahkan dalam
upaya mereka menuntut ilmu” (Mirqatul Mafatih, 1/296).
3. Merupakan jihad fi sabilillah
Orang yang berangkat ke masjid untuk menuntut ilmu
syar’i dianggap sebagai jihad fi sabilillah. Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:
مَن دخَل مسجِدَنا هذا لِيتعلَّمَ
خيرًا أو يُعلِّمَه كان كالمُجاهِدِ في سبيلِ اللهِ ومَن دخَله لغيرِ ذلكَ كان
كالنَّاظرِ إلى ما ليس له
“Barangsiapa yang memasuki masjid kami ini (masjid
Nabawi) untuk mempelajari kebaikan atau untuk mengajarinya, maka ia seperti
mujahid fi sabilillah. Dan barangsiapa yang memasukinya bukan dengan tujuan
tersebut, maka ia seperti orang yang sedang melihat sesuatu yang bukan miliknya”
(HR. Ibnu Hibban no. 87, dihasankan Al Albani dalam Shahih Al Mawarid,
69).
4. Dicatat sebagai orang yang shalat hingga kembali ke
rumah
Jika seorang berangkat ke masjid berniat untuk shalat,
kemudian setelah shalat ada pengajian (majelis ilmu), maka selama ia berada di
majelis ilmu dan selama ada di masjid, ia terus dicatat sebagai orang yang
sedang shalat hingga kembali ke rumah.
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
إذا تَوضَّأَ أحدُكُم في بيتِهِ ،
ثمَّ أتَى المسجدَ ، كان في صلاةٍ حتَّى يرجعَ ، فلا يفعلْ هكَذا : و شبَّكَ بينَ
أصابعِهِ
“Jika seseorang berwudhu di rumah, kemudian
mendatangi masjid, maka ia terus dicatat sebagai orang yang shalat hingga ia
kembali. Maka janganlah ia melakukan seperti ini.. (kemudian beliau
mencontohkan tasybik dengan jari-jarinya)” (HR. Al Hakim no. 744, Ibnu
Khuzaimah, no. 437, dishahihkan Al Albani dalam Irwaul Ghalil, 2/101).
Tasybik adalah menjalin
jari-jemari.
5. Dicatat amalannya di ‘illiyyin
Jika seorang berangkat ke masjid berniat untuk shalat,
kemudian setelah shalat ada pengajian (majelis ilmu) hingga waktu shalat selanjutnya
(semisal pengajian antara maghrib dan isya), maka ia terus dicatat amalan
kebaikan yang ia lakukan di masjid, di ‘illiyyin.
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
صلاةٌ في إثرِ صلاةٍ لا لغوَ
بينَهما كتابٌ في علِّيِّينَ
“Seorang yang setelah selesai shalat (di masjid)
kemudian menetap di sana hingga shalat berikutnya, tanpa melakukan laghwun
(kesia-siaan) di antara keduanya, akan dicatat amalan tersebut di ‘illiyyin”
(HR. Abu Daud no. 1288, dihasankan Al Albani dalam Shahih Abu Daud).
Dijelaskan oleh Syaikh Sulaiman bin Amir Ar
Ruhaili hafizhahullah:
والكتاب في العلِّيِّينَ كتاب لا
يكسر و يفتح إلى يوم القيامة محفوظ لا ينقص منه شيئ
“Catatan amal di ‘illiyyin adalah
catatan amal yang tidak akan rusak dan tidak akan dibuka hingga hari kiamat, tersimpan
awet, tidak akan terkurangi sedikit pun”
Dan tentu saja orang yang menuntut ilmu di masjid akan
mendapat semua keutamaan menuntut ilmu secara umum yang ini jumlahnya banyak
sekali.
Semoga Allah Ta’ala menambahkan semangat kepada untuk
terus menuntut ilmu syar’i, terutama di zaman penuh syubuhat dan fitnah ini.
Semoga Allah memberi taufik.
***
Faidah dari kajian Fiqhu Al Mashalih wal
Mafasid, oleh Syaikh Sulaiman bin Amir Ar Ruhaili
(Yulian Purnama - Muslim.Or.Id)
0 komentar:
Posting Komentar