MUQADDIMAH
Kebaikan keluarga akan berpengaruh kepada kebaikan masyarakat, dan kebaikan
masyarakat akan berpengaruh kepada kebaikan negara. Oleh karena itulah agama
Islam banyak memberikan perhatian masalah perbaikan keluarga. Di antara
perhatian Islam adalah bahwa seorang laki-laki, yang merupakan kepala rumah
tangga, harus menjaga diri dan keluarganya dari segala perkara yang akan
menghantarkan menuju neraka. Marilah kita perhatian perintah Allâh Yang Maha
Kuasa berikut ini :
[at-Tahrîm/66:6]
Tafsir Ayat
Firman Allâh Azza wa
Jalla :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا
Hai orang-orang yang
beriman
Tafsir :
Allâh Maha kasih sayang kepada para hamba-Nya. Jika Dia memberikan perintah, pasti itu merupakan kebaikan dan bermanfaat, dan jika Dia memberikan larangan, pasti itu merupakan keburukan dan berbahaya. Maka sepantasnya manusia memperhatikan perintah-perintah-Nya.
Abdullah bin Mas’ûd
Radhiyallahu anhuma dan para Ulama Salaf rahimahumullâh berkata, “Jika engkau
mendengar Allâh Azza wa Jalla berfirman dalam al-Qur’ân ‘Hai orang-orang yang
beriman’, maka perhatikanlah ayat itu dengan telingamu, karena itu merupakan kebaikan
yang Dia perintahkan kepadamu, atau keburukan yang Dia melarangmu darinya”.
[Tafsir Ibnu Katsir, 1/80]
Firman Allâh Azza wa
Jalla :
قُوا أَنْفُسَكُمْ
وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka
Tafsir :
Kebaikan yang Allâh perintahkan dalam ayat ini, adalah agar kaum Mukminin menjaga diri mereka dan keluarga mereka dari api neraka. Bagaimana caranya?
Abdullah bin Abbâs
Radhiyallahu anhu berkata, “Lakukanlah ketaatan kepada Allâh dan jagalah dirimu
dari kemaksiatan-kemaksiatan kepada Allâh, dan perintahkan keluargamu dengan
dzikir, niscaya Allâh Azza wa Jalla akan menyelamatkanmu dari neraka”.
Mujâhid rahimahullah
berkata tentang firman Allâh ‘peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka’, “Bertakwalah kepada Allâh, dan perintahkan keluargamu agar bertakwa
kepada Allâh Azza wa Jalla ”.
Qatâdah rahimahullah
berkata, “(Menjaga keluarga dari neraka adalah dengan) memerintahkan mereka
untuk bertakwa kepada Allâh dan melarang mereka dari kemaksiatan kepada Allâh
Azza wa Jalla , dan mengatur mereka dengan perintah Allâh Azza wa Jalla ,
memerintahkan mereka untuk melaksanakan perintah Allâh Azza wa Jalla , dan
membantu mereka untuk melaksanakan perintah Allâh. Maka jika engkau melihat
suatu kemaksiatan yang merupakan larangan Allâh, maka engkau harus menghentikan
dan melarang keluarga(mu) dari kemaksiatan itu”. [Lihat semua riwayat di atas
dalam Tafsir Ibnu Katsir, surat at-Tahrîm ayat ke-6]
Imam Ibnu Jarir
Ath-Thabari rahimahullah berkata, “Allâh Yang Maha Tinggi sebutannya berfirman,
‘Wahai orang-orang yang membenarkan Allâh dan RasulNya ‘Peliharalah dirimu!’,
yaitu maksudnya, ‘Hendaklah sebagian kamu mengajarkan kepada sebagian yang lain
perkara yang dengannya orang yang kamu ajari bisa menjaga diri dari neraka,
menolak neraka darinya, jika diamalkan. Yaitu ketaatan kepada Allâh. Dan
lakukanlah ketaatan kepada Allâh.
Firman Allâh ‘dan
keluargamu dari api neraka!’, Maksudnya, ‘Ajarilah keluargamu dengan melakukan
ketaatan kepada Allâh yang dengannya akan menjaga diri mereka dari neraka. Para
ahli tafsir mengatakan seperti yang kami katakan ini.’ [Tafsir ath-Thabari,
23/491]
Imam al-Alûsi
rahimahullah berkata, “Menjaga diri dari neraka adalah dengan meninggalkan
kemaksiatan-kemaksiatan dan melaksanakan ketaatan-ketaatan. Sedangkan menjaga
keluarga adalah dengan mendorong mereka untuk melakukan hal itu dengan nasehat
dan ta’dîb (hukuman) … Yang dimaksukan dengan keluarga, berdasarkan sebagian
pendapat mencakup: istri, anak, budak laki, dan budak perempuan. Ayat ini
dijadikan dalil atas kewajiban seorang laki-laki mempelajari
kewajiban-kewajiban dan mengajarkannya kepada mereka ini”. [Tafsir al-Alûsi,
21/101]
Semakna ayat ini adalah
firman Allâh Azza wa Jalla :
Dan perintahkanlah
kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.
Kami tidak meminta rezki kepadamu, Kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan
akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa. [Thaha/20: 132]
Dan termasuk juga
semakna dengan ayat ini adalah sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
Perintahkanlah anak-anak
kalian shalat ketika berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka ketika berumur
sepuluh tahun (jika mereka enggan untuk shalat) dan pisahkanlah mereka di
tempat-tempat tidur mereka masing-masing. [HR. al-Hâkim, Ahmad dan Abu Dâwud;
disahihkan al-Albâni dalam al-Irwâ`]
Mengajari ibadah kepada
anak-anak bukan hanya shalat, namun juga ibadah-ibadah lainnya.
Imam Ibnu Katsir
rahimahullah berkata, “Para ahli fiqih berkata: ‘Demikian juga (anak-anak
dilatih) tentang puasa, agar hal itu menjadi latihan baginya untuk melaksanakan
ibadah, supaya dia mencapai dewasa dengan selalu melaksanakan ibadah dan
ketaatan, serta menjauhi kemaksiatan dan meninggalkan kemungkaran, dan Allâh
Yang Memberikan taufiq”. [Tafsir Ibnu Katsîr, surat at-Tahrîm ayat ke-6]
Firman Allâh Azza wa
Jalla :
وَقُودُهَا النَّاسُ
وَالْحِجَارَةُ
yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu.
Tafsir :
Imam asy-Syaukâni rahimahullah berkata, “Yaitu api neraka yang sangat besar, dinyalakan dengan manusia dan batu, sebagaimana api yang lain dinyalakan dengan kayu bakar”. [Fat-hul Qadîr, 7/257]
Imam Ibnu Katsîr
rahimahullah berkata, “Yaitu kayu api neraka yang dilemparkan ke dalamnya
adalah anak-anak Adam, ‘dan batu’, ada yang mengatakan bahwa yang dimaksudkan
dengan ‘batu’ adalah patung-patung yang dahulu disembah (di dunia) berdasarkan
firman Allâh Azza wa Jalla :
إِنَّكُمْ وَمَا
تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ حَصَبُ جَهَنَّمَ
Sesungguhnya kamu
(orang-orang musyrik-pen) dan apa yang kamu sembah selain Allâh, adalah umpan
Jahannam. [Al-Anbiya’/21: 98]
Ibnu Mas’ûd Radhiyallahu
anhu, Mujâhid, Abu Ja’far al-Baqir, dan as-Suddi, mereka berkata, “Itu adalah
batu-batu kibrit (batu bara)”, Mujâhid menambahkan, “lebih busuk daripada
bangkai”.[Tafsir Ibnu Katsîr, 8/167]
Firman Allâh Azza wa
Jalla :
عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ
غِلَاظٌ شِدَادٌ
penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras
Tafsir :
Imam Ibnu Katsîr rahimahullah berkata, “Yaitu watak mereka kasar, rasa kasih sayang terhadap orang-orang kafir yang kepada Allâh Azza wa Jalla telah dicabut dari hati mereka. ‘Syidâd’, yaitu tubuh mereka sangat kuat, kokoh dan penampilan mereka menakutkan”.[Tafsir Ibnu Katsîr, 8/167]
Imam asy-Syaukâni
rahimahullah berkata, “Yaitu para penjaga neraka adalah para malaikat, mereka
mengurusi neraka dan menyiksa penghuninya, mereka kasar kepada penghuni neraka,
keras terhadap mereka, tidak mengasihi mereka ketika mereka minta dikasihani,
karena Allâh Azza wa Jalla menciptakan mereka dari kemurkaaan-Nya, menjadikan
mereka berwatak suka menyiksa makhluk-Nya.
Ada yang berpendapat,
mereka kasar hatinya, keras badannya. Atau kasar perkataannya, keras
perbuatannya. Atau ghilâzh: besar badan mereka, syidâd: kuat”. [Tafsir Fat-hul
Qadîr, 7/257]
Firman Allâh Azza wa
Jalla :
لَا يَعْصُونَ اللَّهَ
مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
dan mereka tidak
mendurhakai Allâh terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.
Tafsir :
Imam asy-Syaukâni rahimahullah berkata, “Yaitu mereka melakukan pada waktunya, tidak terlambat, mereka tidak memundurkannya dan tidak memajukannya”. [Tafsir Fat-hul Qadîr, 7/257]
Imam Ibnu Katsir rahimahullah
berkata, “Yaitu apapun yang Allâh Azza wa Jalla perintahkan kepada mereka,
mereka akan bergegas untuk melakukannya, tidak menundanya sekejap matapun, dan
mereka mampu mengerjakannya, mereka tidak lemah dalam melakukannya. Mereka ini
adalah malaikat Zabâniyah, kita mohon perlindungan kepada Allâh Azza wa Jalla
dari mereka”.[Tafsir Ibnu Katsîr, 8/167]
PETUNJUK-PETUNJUK AYAT:
1. Mengetahui kasih-sayang Allâh Azza wa Jalla kepada para hamba-Nya yang beriman, karena Allâh Azza wa Jalla telah memberikan perintah yang membawa kebaikan, dan melarang dari keburukan yang membawa kepada kecelakaan.
2. Kewajiban mempelajari
bentuk-bentuk ketaatan untuk diamalkan serta mempelajari bentuk-bentuk
kemaksiatan untuk ditinggalkan. Dengan ini seseorang bisa menjaga diri dari
neraka.
3. Kewajiban memberikan
perhatian kepada istri, anak-anak, dan orang-orang yang ditanggung, mendidik
mereka, dan memerintahkan mereka untuk taat kepada Allâh dan Rasul-Nya, serta
melarang mereka dari kemaksiatan. Ini berarti menjaga mereka semua dari api
neraka.
4. Meyakini bahwa bahan
bakar neraka adalah manusia dan batu. Maka seharusnya manusia menjaga dirinya,
untuk selalu beriman dan beramal shalih, sehingga tidak menjadi bahan bakar
neraka.
5. Meyakini bahwa para
penjaga neraka adalah malaikat-malaikat yang kasar dan keras, sehingga mereka
tidak bisa dikalahkan oleh para penghuni neraka.
6. Meyakini bahwa di
antara sifat-sifat malaikat adalah selalu taat. Mereka tidak pernah mendurhakai
Allâh Azza wa Jalla dan mereka mampu melaksanakan perintah-Nya.
Wallahu a’lam bishawaab.
0 komentar:
Posting Komentar